IPS

Pertanyaan

apa saja bentuk bentuk perlawanan diponegoro

2 Jawaban

  • Pangeran Diponegoro mendapat dukungan dari rakyat Tegalrejo dan bergerak ke bukit Selarong untuk menghimpun kekuatan. Dari Selarong laskar Diponegoro kemudian mengepung Kota Yogyakarta. Perang pun terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. 


    Akibatnya, Belanda cemas karena tidak juga berhasil mengatasinya. Belanda mendatangkan pasukan tambahan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari Negeri Belanda. Akan tetapi, semuanya dapat dihancurkan oleh pasukan Diponegoro. Akibat berbagai kekalahan perang pada periode tahun 1825— 1826, Belanda pada tahun 1827 mengangkat Jenderal de Kock menjadi panglima pasukan Belanda di Jawa. Jenderal de Kock mengganti siasat perangnya dengan nama Siasat Benteng atau Benteng Stelsel. Artinya, setiap daerah yang telah dikuasainya didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara benteng satu dengan yang lain dihubungkan oleh pasukan gerak cepat. 


    Di samping menerapkan Benteng Stelsel, Belanda juga mengusahakan penyelesaian secara damai melalui perundingan yang dilakukan pada tanggal 9 dan 23 Agustus 1827. Dalam perundingan tersebut, pihak Pangeran Diponegoro diwakili oleh Kiai Mojo dan Abdulrahman. Perundingan tersebut tidak membawa hasil sehingga perang berkobar lagi. 



    Dengan Benteng Stelsel, pemimpin pasukan Pangeran Diponegoro banyak yang tertangkap, di antaranya Suryomataram, Ario Prangwadono, Pangeran Serang, dan Notoprojo (1827).


    Pasukan Sentot Prawirodirjo terus melakukan pertempuran di sebelah barat Yogyakarta. Namun, Belanda memperalat Prawiro-diningrat (Bupati Madiun) yang masih kerabat Sentot untuk membujuknya agar mau menyerah. Akhirnya, Sentot Prawirodirjo yang diikuti Pangeran Ariokusumo (putra Diponegoro) dan Kiai Mojo berhasil ditangkap Belanda (1828). Kejadian itu merupakan pukulan berat bagi Pangeran Diponegoro. Namun, Pangeran Diponegoro tidak menyerah dan terus melakukan perlawanan. 


    Untuk mempercepat selesainya perang, Belanda menawarkan penyelesaian secara damai melalui perundingan. Belanda akan menjamin keamanan, keselamatan, dan kebebasan Pangeran Diponegoro untuk kembali ke medan perang seandainya perundingan gagal. Pangeran Diponegoro menerima tawaran itu. Pada tanggal 18 Maret 1830, dilangsungkan perundingan di Magelang, tetapi perundingan tidak membawa hasil. Atas perintah rahasia Jenderal de Kock, Pangeran Diponegoro ditangkap. Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia dan akhirnya diasingkan ke Manado pada tanggal 3 Mei 1830. Pada tahun 1834, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar sampai dengan wafatnya pada tanggal 8 Januari 1855 dalam usia 70 tahun. 


    Kiai Mojo yang juga tertangkap segera diasingkan ke Minahasa hingga wafat pada tanggal 29 Desember 1849. Sementara itu, Sentot Prawirodirjo beserta pasukannya yang tertangkap dikirim Belanda ke Minangkabau untuk memerangi kaum Padri. Namun, karena dicurigai bersekutu dengan kaum Padri, Sentot Prawirodirjo dibuang ke Cianjur, kemudian diasingkan ke Bengkulu hingga wafat pada tanggal 17 April 1855. 

  • Pembahasaan :

                Perang Diponegoro atau yang disebut Perang Jawa merupakan perang yang terjadi dari 1825 hingga 1830. Perang ini merupakan salah satu perang yang besar bagi Belanda, dimana pihak Belanda kehilangan 8000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi (tentara sewaan Belanda), dan lebih dari 200.000 penduduk Jawa Tengah dan Yogyakarta meninggal. Peran sentral perang ini dipegang oleh Pangeran Diponegoro.


                Ada beberapa bentuk perlawanan yang dilakukan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa atau Perang Diponegoro, diantaranya :

    1.    Bersama-sama dengan pasukannya melarikan diri ke arah Tegalrejo untuk menghindari upaya penangkapan.

    2.    Menjadikan goa selarong sebagai basis dalam menentukan setiap perlawan gerilya.

    3.    Melakukan berbagai perang gerilya serta melakukan perlawanan besar-besaran ketika musim hujan tiba.

    4.    Menjadikan Kyai Mojo sebagai guru spiritual pemberontakan serta berkoordinasi dengan  I.S.K.S. Pakubowono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.

    5.    Memobilisasi para bandit profesional untuk ikut serta melakukan perlawanan.

    6.    Menentukan taktik dan strategi perang dengan sebaik mungkin berdasarkan informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, sertacurah hujan yang dibantu oleh para telik sandi dan kurir.


Pertanyaan Lainnya